Fanatisme
atau fanatik dalam beribadah, dulu saya adalah orang yang paling fanatik apapun
yang disampaikan oleh kyai selalu saya patuhi, mulai dari harus qunut saat
sholat fardhu, harus baca doa setelah sholat, baca sholawat dll.
Semua yang disampaikan sang kyai kepadaku saat di pondok harus saya praktekkan, hal inilah yang membuat diri ini selalu menyalahkan orang lain dalam beribadah. Begitu melihat sholat yang berbeda denganku seketika aku menegurnya apalagi jika itu adalah kawanku sendiri, terutama kunut pada sholat shubuh, sering ini menjadi perdebatan di antara kaum muslimin di indonesia, fanatisme terhadap satu pendapat yang di alami anak baru gede (ABG) itu biasa, karena belum menjelajahi/mempelajari pendapat-pedapat lainnya.
Setelah saya keluar dari daerah menuju kota Makassar, dan mendaftarkan diri di UIN alauddin saya semakin bingung melihat orang berbeda-beda dalam melaksanakan sholat, aduh islam ko gini, ada yang jarinya digoyang-gorang saat sholat, ada yang qunut ada yang tidak, ada banyak lagi hal-hal furuiyah dalam sholat yang mungkin yang baca tulisan ini pernah mengalaminya. selama setahun lebih kuliah di UIN walau masih bingung tapi pemikiran ala kampus mengajariku untuk menerima perbedaan, baik dari segi ras, budaya, dan bahasa. Di Makassarlah saya gembira karena dinyatakan berhasil meraih beasiswa ke Maroko.
Maka jakartapun kejelajahi hingga Maroko, dan sekarang masih di Maroko. Awal- awal kedatanganku di Maroko membuatku makin bingung, makin banyak keanehan yang kulihat, bukan cuman qunut, gerakan jari saat tahiyyat, bahkan bacaan quran berbeda. Olehnya daripada saya dihantui kebingungan dan resah melihat perbedaan-perbedaan itu maka aku coba sedikit demi sedikit mencari tahu akar atau dalil yang digunakan. Nah bagi yang qunut dan yang tidak, semua benar, bagi yang menggerakkan jari saat tahiyyat dan yang tidak semuanya benar, serta bacaan quran yang sedikit berbeda dengan qiroaat pada umumnya juga benar kerena di maroko menggunakan qiroaat warasy an nafi.
"JANGAN MEMPERSOALKAN PERKARA FURUIYYAH DI ZAMAN SEKARANG, JIKA ADA DALILNYA YA TERIMAH, KECUALI PERBEDAAN ITU ADA PADA AKIDAH ISLAM MAKA ITU PATUT DILURUSKAN"
Olehnya dari sekian peristiwa di atas mungkin banyak orang yang sulit menebakku, saya ikut organisasi mana, manhaj ibadah saya ikut ormas mana,...? karena dimanapun saya berada pasti akan mengikuti tata cara ibadah penduduk setempat selama mereka/sesuai dalil al quran dan hadits, sebab saya menganggap jika mengikuti manhaj oraganisasi tertentu saat ini malah bisa menjadi rumit karena tak semua masyarakat menerima, terutama para dai,
Kadang di masyarakat ada pemikiran seperti ini: ah si A dari LDII, nggak usa dijadikan imam deh, ah si B dari Muhammadiyah nggak usa diundang ceramah deh, ah si C dari NU, kaum muhammadiyah bilang jangan diundang dia dari NU, berkat fanatisme dalam beribadah sehingga kadang sikap angkuh benci, ada pada diri sendiri dan pengikut saling mengklaim paling benar dalam tata cara beribadah, padahal selama itu ada dalilnya semuanya benar, nggak usa diambil pusing. Jadi saat saya di Makassaar yang mayoritas penduduknya muhammadiyah sayapun ikut mereka, saat balik ke kampung halaman yang mayoritas penduduknya NU maka saya beribadah ala mareka, karena sebenarnya tata cara sholat itu pernah dilakukan nabi namun semua itu adalah ikhtiar yang bisa membuat kita berbaur di Masyarakat mana saja, baik dalam hinggal luar negeri.
Semua yang disampaikan sang kyai kepadaku saat di pondok harus saya praktekkan, hal inilah yang membuat diri ini selalu menyalahkan orang lain dalam beribadah. Begitu melihat sholat yang berbeda denganku seketika aku menegurnya apalagi jika itu adalah kawanku sendiri, terutama kunut pada sholat shubuh, sering ini menjadi perdebatan di antara kaum muslimin di indonesia, fanatisme terhadap satu pendapat yang di alami anak baru gede (ABG) itu biasa, karena belum menjelajahi/mempelajari pendapat-pedapat lainnya.
Setelah saya keluar dari daerah menuju kota Makassar, dan mendaftarkan diri di UIN alauddin saya semakin bingung melihat orang berbeda-beda dalam melaksanakan sholat, aduh islam ko gini, ada yang jarinya digoyang-gorang saat sholat, ada yang qunut ada yang tidak, ada banyak lagi hal-hal furuiyah dalam sholat yang mungkin yang baca tulisan ini pernah mengalaminya. selama setahun lebih kuliah di UIN walau masih bingung tapi pemikiran ala kampus mengajariku untuk menerima perbedaan, baik dari segi ras, budaya, dan bahasa. Di Makassarlah saya gembira karena dinyatakan berhasil meraih beasiswa ke Maroko.
Maka jakartapun kejelajahi hingga Maroko, dan sekarang masih di Maroko. Awal- awal kedatanganku di Maroko membuatku makin bingung, makin banyak keanehan yang kulihat, bukan cuman qunut, gerakan jari saat tahiyyat, bahkan bacaan quran berbeda. Olehnya daripada saya dihantui kebingungan dan resah melihat perbedaan-perbedaan itu maka aku coba sedikit demi sedikit mencari tahu akar atau dalil yang digunakan. Nah bagi yang qunut dan yang tidak, semua benar, bagi yang menggerakkan jari saat tahiyyat dan yang tidak semuanya benar, serta bacaan quran yang sedikit berbeda dengan qiroaat pada umumnya juga benar kerena di maroko menggunakan qiroaat warasy an nafi.
"JANGAN MEMPERSOALKAN PERKARA FURUIYYAH DI ZAMAN SEKARANG, JIKA ADA DALILNYA YA TERIMAH, KECUALI PERBEDAAN ITU ADA PADA AKIDAH ISLAM MAKA ITU PATUT DILURUSKAN"
Olehnya dari sekian peristiwa di atas mungkin banyak orang yang sulit menebakku, saya ikut organisasi mana, manhaj ibadah saya ikut ormas mana,...? karena dimanapun saya berada pasti akan mengikuti tata cara ibadah penduduk setempat selama mereka/sesuai dalil al quran dan hadits, sebab saya menganggap jika mengikuti manhaj oraganisasi tertentu saat ini malah bisa menjadi rumit karena tak semua masyarakat menerima, terutama para dai,
Kadang di masyarakat ada pemikiran seperti ini: ah si A dari LDII, nggak usa dijadikan imam deh, ah si B dari Muhammadiyah nggak usa diundang ceramah deh, ah si C dari NU, kaum muhammadiyah bilang jangan diundang dia dari NU, berkat fanatisme dalam beribadah sehingga kadang sikap angkuh benci, ada pada diri sendiri dan pengikut saling mengklaim paling benar dalam tata cara beribadah, padahal selama itu ada dalilnya semuanya benar, nggak usa diambil pusing. Jadi saat saya di Makassaar yang mayoritas penduduknya muhammadiyah sayapun ikut mereka, saat balik ke kampung halaman yang mayoritas penduduknya NU maka saya beribadah ala mareka, karena sebenarnya tata cara sholat itu pernah dilakukan nabi namun semua itu adalah ikhtiar yang bisa membuat kita berbaur di Masyarakat mana saja, baik dalam hinggal luar negeri.
Rabat Maroko, 2 Oktober 2013
Oleh. Sukmahadi (Mahasiswa Univ. Sidi Mohammed Ben Abdellah of fes Maroko dan Kontributor Islamic Studies Center Online "ISCO") Fage FB ISCO.
0 komentar :
Posting Komentar