Pluralisme kata ini suda tidak asing lagi dikalangan
ilmuwan, pelajar, hingga masyarakat. Jika melihat Ataupun mendengar kata ini
mungkin akan teringat mantan Presiden RI, toko Agama, Guru Bangsa yang masyhur
dengan kalimat ‘’Gitu aja kok repot ‘’ KH. Abdurrahman
Wahid ataupun sering dipanggil dengan sebutan Gusdur Semoga Allah
SWT menerima amal baik beliau atas jasa-jasanya pada Bangsa dan Negara yang
pastinya setiap individu bahkan semua ras, Agama rindu akan sosok KH.
Abdrurrahman Wahid (Rahimahullah).
Sebelum membahas lebih jauh saya sebagai penulis artikel ini dan seorang muslim sangat salut kepada seorang Gusdur yang humoris, walaupun dalam lingkungan formal beliau terkdang menyisipkan kata-kata yang humoris, namun saat ini sosok KH. Abdurrahaman Wahid tidak dibahas secara lebar dalam tetesan tinta hitam ini, nama beliau kembali teringat dan akan terus teringat jika kata pluralisme terucap di bibir individual manusia karena setelah beliau wafat kata ini semakin tenar di kalangan masyarakat dan beliaulah yang telah menanam nilai-nilai pluralisme di indonesia.
Pluralisme, dari apa yang biasa kita kenal adalah sebuah
paham yang menganggap bahwa semua agama memiliki kebenaran yang sama, bahkan
MUI (Majelis Ulama Indonesia) pernah mengeluarkan fatwa melarang paham
pluralismeAgama .
Telah diketahui bersama bahwa Islam datang untuk
mengeluarkan manusia dari lalimnya berbagai agama menuju keadilan Islam.
Artinya, seorang muslim yang benar imannya tidak pernah beranggapan apalagi
berkeyakinan bahwa semua agama sama baiknya dan sama benarnya. Ia yakin bahwa
Allah ta’aala tuhan semesta alam tidak mungkin membiarkan manusia dalam
kebingungan memilih jalan hidup yang benar untuk menghantarkan dirinya menuju
keselamatan di dunia dan akhirat.
N amun bagi kaum awam khususnya Non Muslim, yang berfaham
pluralisme adalah manusia yang bingung memilih jalan hidup sehingga untuk
gampangnya ia katakan bahwa semua agama sama baiknya dan sama benarnya.
Andaikan kita hidup tanpa petunjuk dari Yang Maha Benar mungkin kita juga akan
sependapat dengan logika berfikir seperti itu. Karena itu berarti bahwa tidak
ada fihak manapun di dalam masyarakat yang berhak meng-claim bahwa agamanyalah
yang memiliki monopoli kebenaran. Namun sampai saat ini penulis secara pribadi
belum paham kapan, dimana, dan siapa yang pertma kali memasyhurkan paham
pluralisme. Namun demikian bukan berarti paham pluralisme bernilai negatif
dikalangan Masyarakat justru sangat bermamfaat jikalau paham ini difungsikan
oleh para da’i untuk membuktikan pada agama lain bahwa islam itu sangat indah,
sehingga kaum awam non muslim hatinya akan terketuk ternyata Islam itu sangat
menarik dan umatnyapun ramah serta menghormati agama lain, itulah fungsi
ataupun salah satu cara merealistiskan pluralisme untuk kaum awam.
Sedangkan untuk kaum muslimin walaupun paham pluralisme
telah masyhur dikalangan kita, tetaplah yakin bahwa agama yang paling
benar disisi Allah adalah Islam, mengapa al-katib mengatakan seperti ini
sebab jangan sampai diantara umat islam ada yang berpaham bahwa semua
Agama sama. Ketahuilah bahwa Bukan Umat Islam Yang Meng-Claim Bahwa
Agamanyalah Yang Memiliki Monopoli Kebenaran Melainkan Allah Swt Secara
Langsung Menegaskan Bahwa Agama Islamlah Yang Paling Benar berikut
Firmannya :
“Sesungguhnya
agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS Ali Imran ayat
19).
Al-katib
sangat sepakat dengan ustadz Mansur yang sering bermuhadhoroh dilayar kaca
setiap pagi salah satu artikel belaiau mengatan bahwa Islam Merupakan
Kebenaran Mutlak. Suatu ketika saya dan teman-teman mahasiswa lainnya
tepatnya pada tahun 2010 di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar,
pada hari itu kami sedang mengikuti mata kuliah “filsafat islam” yang
dibawakn oleh DR. BARSIHANNUR sempat terjadi debat serta umpan balik tentang
defenisi Keberan ada yang mengatakan kebenaran itu sifatnya relatif ada
yang mengatakan sifatnya mutlak, singkatnya secara pribabadi saya menilai Kebenaran
itu bersifat mutlak dan relatif. Kebenaran bersifat relatif contohnya
seseorang memasukkan tongkat ke dalam air lalu melihatnya dari atas tentunya
akan terlihat bengkok tetapi sebenarnya tetap lurus, namun kali ini
berkayakinanlah bahwa islam merupakan kebenaran mutlak bukan relatif.
”Kebenaran
itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk
orang-orang yang ragu.” (QS Al-Baqarah ayat 147).
Ditambah
lagi denga muncul flem terbaru yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo
dengan judul “Tanda Tanya” yang penuh kontroversial dikalangan
umat muslim, sebagian umat muslim menilai telah melampui batas kerena telah
mencampur adukkan Agama. Al-katib pribadi tidak berani berkomentar soal flem
tersebut sebab pengetahuanku masi sangat dangkal, karena itu salah satu visi
artikel ini agar aqidah (keyakinan) umat muslim semakin kuat bahwa agama
islamlah yang mutlak kebenaranya. Suatu hari saya dan sekelompok masyarakat
bercerita santai tiba-tiba saja salah satu dari masyarakat mengatakan ada
seorang Muslimah (Gadis) yang rela pindah agama hanya untuk mejadikan seorang
pendeta sebagai suaminya hal ini pernah terjadi di pulau Sulawesi kebetulan
penulis berasal dari SULBAR makanya tahu persis hal ini. Hikmah dari peristiwa
ini adalah jikalau akidah seorang muslimah tersebut kuat tentunya ia takkan
rela mengorbankan keyakinannya hanya untuk sang pujaan hati (do’y) Allah
berifirman:
“Hai
orang – orang yang beriman bertakwalah engkau kepada Allah dengan
sebenar-benarnya takwa dan janganlah engkau mati kecuali dalam keadaan muslim”
(QS. Al-Imron Ayat 102).
Saudara-saudara
yang seiman dan seakidah, berbanggalah kerena telah memeluk islam, mari memeluk
islam secara kaffah jangan menjadi islam KTP, KTPnya islam tapi realita pada
dirinya tidak berusaha memeluk islam secara kaffah naudzu billah min
dzalik. Kesimpulan mari menggunakan paham pluralisme sebagai ajang dakwah
kepada non muslim bahwa islam itu indah, menghormati agama lain selama tidak
memerangi islam hingga suatu ketika nonmuslim akan tertarik memeluk agama
islam. Sebelum ketukan jari ini terhenti izinkan bibir manis ini melantunkan
kata maaf kepada para pembaca jikalau dalam tulisn ini terdapat kesalahan
karena lida ini tak bertulang dan kebenaran hanya berasal dari
Allah semata.
Sebelum membahas lebih jauh saya sebagai penulis artikel ini dan seorang muslim sangat salut kepada seorang Gusdur yang humoris, walaupun dalam lingkungan formal beliau terkdang menyisipkan kata-kata yang humoris, namun saat ini sosok KH. Abdurrahaman Wahid tidak dibahas secara lebar dalam tetesan tinta hitam ini, nama beliau kembali teringat dan akan terus teringat jika kata pluralisme terucap di bibir individual manusia karena setelah beliau wafat kata ini semakin tenar di kalangan masyarakat dan beliaulah yang telah menanam nilai-nilai pluralisme di indonesia.
Seorang muslim yang mempunyai keimanan yang kokoh yang
takkan roboh sampai kapanpun hingga akhir hayatnya tak apa jika plurlisme
melekat pada tubuhnya ataupun menjadikan ajang dakwah agar saudara yang belum
mengenal islam bisa ‘’mengajaknya untuk memeluk agama islam yang damai tanpa
megenal paksaan ataupun tekanan’’
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
“Sesungguhnya
agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam, itulah yang tercantum dalam al-quran
dan semua kebenaran asalnya dari Allah SWT sebagaimana firmanNYA:
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
فذكر فأن الذكر تنفع للمؤمنين
…………..
Artinya :
‘’Berilah peringatan karena sesungguhnya peringatan itu bermamfaat untuk
orang-orang yang beriman (Mukmin)’’.
Semoga
ulasan ini bermamfaat kepada para pembaca terkhusus kepada seluruh umat islam,
Wallahu a’lam Bishhowab.
E-mail :
afikrihaditomandar@yahoo.com
Skype
: Sukmahadi Ady
(Mahasiswa
Universitas Sidi Mohammed Ben Abdellah Fez, Maroko Benua Afrika)
terimakasih dah share bang. sangat bermanfaat untuk menambah referensi. salam
BalasHapussilahkan... mudah2an bermanfaat, salam ukhuwah .....mas.
Hapus