Di
sulawesi barat ada amanah yang harus disampaikan saat bulan suci ramadan bahkan
di luar ramadhan, sudah menjadi tradisi di masyarakat sulbar khususnya para
santri yang berasal dari desa-desa terpencil, saat bulan suci ramadhan tiba
liburan pun tiba maka ia harus berlibur ke kampung halaman, namun saat berada
di kampung tentunya banyak mansyarakat berharap para santri bisa berbagi sedikit ilmu yang ia peroleh saat mondok.
Gambar disamping adalah ilustrasi saja.
Suautu ketika waktu itu saya memilih untuk berlibur ke rumah kakak bukan ke rumah orang tua, namun dalam pikiranku pasti masyarakat menyuruh saya untuk ceramah tarwih, anggapanku benar begitu saya memasuki masjid pengurus masjid pun mempersilahkan saya untuk mengambil pososi di depan para jamaah, setelah ceramah saya kira tugasku sudah selesai ternyata saya diamanahi lagi untuk memimpin sholat taraweh hingga witir. walah walah bisikku dalam hati beginilah jadi santri harus jaga sikap dan ucapan serta harus menyampaikan risalah Nabi Muhammad SAW.
Namun anehnya, saat ingin takbir tiba-tiba salah seorang pengurus masjid membisikku dek kalau tarwih cepet-cepet yach.....jangan lama2...??? what...?kata batin. saya paham colekan itu karena ramadhan sebelumnya saya pernah solat tarwih di masjid tersebut, solatnya bukan main cepatnya seakan akan tanpa tuma'nina atau boleh dikata sebagian jamaah ngos-ngosan it'tidal,sujud, ruku semuanya serba cepat, ya Allah kasih jamaah hanya karena mengikuti imam jamaah ahirnya ikut balapana juga...
Sebagai santri yang sudah diamanahi oleh kyai pondok untuk meluruskan/memberi tahu yang benar, pada sholat subuh saya kembali diamanahi untuk mejadi imam solat, setelah solat dengan izin pengurus masjid tanpa mengurangi rasa hormat kepada pengurus masjid dan imam, saya berusaha menjelaskan rukun-rukun sholat diantaranya adalah tuma'ninah (berhenti sejenah) saaat i'tinda, sujud dan ruku. ditambah lagi dimasjid tersebut tarwihnya 20 rakaat. 20 atau 8 alangkah baiknya jika dikerjakan dengan khusu tanpa tergesa-gesa.
By: Sukmahadi, Mahasiswa Univ. Sidi Mohammed Ben Abdellah Fes, Maroko Afrika .
Gambar disamping adalah ilustrasi saja.
Suautu ketika waktu itu saya memilih untuk berlibur ke rumah kakak bukan ke rumah orang tua, namun dalam pikiranku pasti masyarakat menyuruh saya untuk ceramah tarwih, anggapanku benar begitu saya memasuki masjid pengurus masjid pun mempersilahkan saya untuk mengambil pososi di depan para jamaah, setelah ceramah saya kira tugasku sudah selesai ternyata saya diamanahi lagi untuk memimpin sholat taraweh hingga witir. walah walah bisikku dalam hati beginilah jadi santri harus jaga sikap dan ucapan serta harus menyampaikan risalah Nabi Muhammad SAW.
Namun anehnya, saat ingin takbir tiba-tiba salah seorang pengurus masjid membisikku dek kalau tarwih cepet-cepet yach.....jangan lama2...??? what...?kata batin. saya paham colekan itu karena ramadhan sebelumnya saya pernah solat tarwih di masjid tersebut, solatnya bukan main cepatnya seakan akan tanpa tuma'nina atau boleh dikata sebagian jamaah ngos-ngosan it'tidal,sujud, ruku semuanya serba cepat, ya Allah kasih jamaah hanya karena mengikuti imam jamaah ahirnya ikut balapana juga...
Sebagai santri yang sudah diamanahi oleh kyai pondok untuk meluruskan/memberi tahu yang benar, pada sholat subuh saya kembali diamanahi untuk mejadi imam solat, setelah solat dengan izin pengurus masjid tanpa mengurangi rasa hormat kepada pengurus masjid dan imam, saya berusaha menjelaskan rukun-rukun sholat diantaranya adalah tuma'ninah (berhenti sejenah) saaat i'tinda, sujud dan ruku. ditambah lagi dimasjid tersebut tarwihnya 20 rakaat. 20 atau 8 alangkah baiknya jika dikerjakan dengan khusu tanpa tergesa-gesa.
By: Sukmahadi, Mahasiswa Univ. Sidi Mohammed Ben Abdellah Fes, Maroko Afrika .
0 komentar :
Posting Komentar