Betemu Prof. Dr. Machasin, MA. Direktur Pendidikan Tinggi Islam Departemen Agama RI

Pada tahun 2010 lalu saya berkesempatan mendapat materi dari salah seorang professor  tepatnya di Jakarta, the Capital of Indonesia. Sebuah wujud syukur yang patut dihaturkan pada Allah SWT sebab tak punya rasa bosan untuk selalu memberikan nikmat begitu banyak hingga
tak terhitung. Walau berbagai macam alat canggih di dunia dikumpulkan takkan bisa menenghitung nikmat ini.

Jakarta, merupakan ibu kota indonesia, di sanalah terdapat banyak perusahaan dan berbagai macam ras suku, budaya, namun kini jakarta yang dipimpin oleh joko widodo yang biasa disapa jokowi semakin menampilkan khas jakarta yang mayoritas penduduk aslinya adalah suku betawi, salah satu budaya mereka adalah ondel - ondel. Di jakarta pulalah terdapat berbagai macam kampus ternana di negerini ini, seperti UI dll.

Bagi anak desa yang jauh dari ibu kota apalagi desa tersebut jauh dari pulau jawa tentunya akan selalu penasaran akan keraramaian dan suasana kota jakarta yang selama ini tak luput dari layar kaca. Alhamdulilla puji syukur dengan kegigihanku dan semangat dalam belajar akhirnya pada bulan September 2010 Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk menghirup udara kota jakarta, sekilas udaranya tak jauh beda dengan kota makassar sumpek dengan polusi yang bisa membuat penduduk sesak napas dan kepanasan.

Walau demikian  tak selamanya seperti itu ada ruangan-ruangan yang bisa membuat kita adem, jalan-jalan ke mall, atau menetap di kantor yang berAC.okey kembali ke Lappppppppppptop,,,,,,,, :D

Jarum jam menunjukkan jam 8 pagi, tibalah aku di jakarta wah wah kataku dalam hatiku, tak kusangka bisa menghirup udara jakarta yang selama ini hanya bisa dilihat di layar kaca melalui sinetron dan film, luar biasa indah enak di pandang. Sekitar sejam aku menunggu di bandara internasional soekarno hatta, maklum ini pertama kaliku ke jakarta jadi wajar menunggu seorang teman yang kebetulan dia mahasiswa di Universits Indonesia jurusan Psikolog, kaya gini kan enak nggak takut nyasar bisikku dalam hati,.. he he.

Setelah dijemput kami pun langsung menuju ke monumen nasional (monas) lalu dari kawasan monas aku langsung memintanya untuk mengantarku menuju kementerian agama, biasa anak dari pulau sulawesi yang baru ke jakarta pasti wah banget melihat jakarta.... pokoknya kagum deh,,,,,, :D. Sesampaiku ke Kementrian Agama di depan ruang masuk terdapat ruang penjaga (satpam) sekaligus ditanyain dul.

Penjaga : Adek dari mana...?
Aku : dari sulawesi pak, maaf pak saya bisa bertemu dengan Dr. Muhammad Zain.
Penjaga : dalam urusan apa ...?
Aku : ada urusan aja pak.... saya tamunya...

Itulah perbincangan yang kualami saat berada di Kantor Kementerian Agam RI. ya Dr. Muhammad Zain beliau adalah seorang doktor  asal Sulawesi Barat yang menjabat sebagai Katua Akamdemik di Direktoart Jendral Pendidikan Tinggi Islam, Departemn Agama RI.
Aku memberanikan diri menghampiri beliau karena sebelumnya sempat ketemu saat beliau memberikan caramah di Kab. Polewali mandar Sulbar, dan kebetulan aku dan beliau boleh dikata satu alumni sama-sama pernah belajar di Yayasa Perguruan Islam (Pergis).

Dengan mengunakan Lip dalam hitungan detik sampailah aku di lantai delapan, akupun langsung menuju ruangan beliau yang sebelumnya diberi tahu langsung ke aku via SMS lengakap dengan ruagan dan alamat rumahnya di jakarta. 

Aku : Assalmu Alaikum Pak....
Pegawai Kemenag: Walaikum salam......
Aku : ada pak Dr, Zain......saya mau ketemu belaiu
Pegawai Kemenag : Beliau sedang rapat, tunggu sebentar yach sekitar 30 menit.

Pegawai tersebut adalah orang yang sekantor dengan pak zain, ya dari segi mukanya sich  terlihat bahwa beliau itu orang jawa, membuatku semakin sadar bahwa kini aku telah berada di Jakarta. Setelah 30 menit menunggu tibalah pak Dr.Zain apa kabar nugguru (sebutan khas suku mandar kepada Kiyai). alhamdulillah kabar baik, ujar pak zain. Obrolan pun kami lakukan walau singkat tapi aku senang sebab bisa ketemu langsung dengan beliau. Singkat cerita beliau langsung memperkanalkanku dengan beberapa pegawai di ruangan kerjasama luar Negeri, wal hasil akhirnya aku mendapat penginapan gratis tepatnya di Jalan Jaksam sebab ternyata sudah menjadi tanggungan kemenag bagi penerima beasiswa sudan dan maroko.

Pak Zain memang sosok luar biasa selalu membantu wong cilik walau jabartannya sudah tinggi, dengan mengunakan mobil pribadi beliau aku diantar mengelili jakarta dengan ditemani oleh Hasanuddin supir pribadi pak zain, dan tempat terakhir adalah wisma haji, tempat penginapanku selama di jakarta sebelum berangkat ke Maroko. Setelah aku merasa aman dan nggak akan tersesat lagi, Terima kasih banyak ya lim uda ngantar aku ke mana mana. ucapku kepada alim teman yang menjemputku tadi saat di banfdara soekarno hatta,

Semalaman aku menginap di wisma ini keesokan harinya tibalah beberepa calon mahasiswa penerim beasiswa sudan dan maroko, disinilah aku belajar untuk saling kenal dari segi budaya, bahasa dll. Sebab para mahasiswa ini berasal dari berbagai  pulau di indonesia.  3 hari tiga malam kami menerima materi, yang akan  ke sudan diberi penjelasan seputar sudan dan yang akan ke Maroko diberi penjelasan seputar kemarokoan agar tak terjadi shock culture saat tiba di negara yang dituju .

Dalam acara ini kami berada satu ruangan pada saat itu yang membawakan materi kemarokoan adalah Dr. Nasrullah Jazam, alumni Univ. Malik Sa'di Maroko. dan ikut andil  membuka acara ini serta meberikan arahan, Bapak Prof. Dr. H. Machasin, MA. Direktur Pendidikan Tinggi Islam  Departemen Agama RI. dalam sambutannya beliau sangat menekankan kepada kita agar menjungjung tinggi nilai pancasila saat di luar negeri, serta harus menjaga nama baik Republik Indonesia.aku sangat kagum dengan beliau karena cara menyapaikan sesautu sangat menarik ditambah lagi bisa berkomunikasi dengan berbagai bahasa, diantaranya arab, inggris, dan prancis,

Ya bahasa, bahasa sangat penting untuk memperlancar komunikasi dan bisa menyiarkan dakwah islamiyah ke berbagai penjuru dunia  dengan bahasa tersebut. Olehnya janganlah pernah puas dengan menguasai satu bahasa minimal bisa berkomunikasi dengan warga negara asing. Termasuk saya sendiri itu sangat terasa saat berada di Jakarta-hingga saat ini di Maroko begitu banyak bule yang kutemui namun jika tak tahu bahasa minimal bahasa inggris maka itu akan menjadi problem di kehidupan kita

Masih sangat teringat dalam benakku waktu itu kami dan teman-teman mengendarai Bajai kendaraan roda tiga yang hanya bisa ditemui di Kota Jakarta, kami menuju pasar  tanah abang ya biasa jalan-jalan dulu he he sebelum meninggalkan tanah air tercita,

 di Monumen Nasional (Monas at Jakarta).

Setelah jalan-jalan ke tanah abang saatnya terjun ke kawasan monas dan malamnya kami segera ke bandara soekarno hatta untuk menuju Maroko tujuan kami satu" Mengejer cita-cita, menuntut ilmu dengan semangat 45".

"Mari terus belajar, tanamkanlah dalam hati untuk terus belajar, selama napas ini masih ada teruslah belajar dan bercita-cita"

Maroko. 23 Juni 2013.

By Sukmahadi. Salam hangat dari Maroko.
Share on Google Plus

About wisatamaroko

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar