Sebuah Kisah
Nyata
Pembukaan
Sebenarnya sudah lama kisah ini ingin saya tuliskan, tapi karena rasa malas berlarut akhirnya baru sekarang niat itu muncul kembali, berawal dari beberapa kali membaca catatan seputar dunia cinta (katanya) Islami dari para ikhwan dan akhwat yang kebenaran sumbernya masih di ragukan, bahkan dibuat menjadi mellow, mengawang ke sana kemari (membosankan), atau mungkin di ambil dari novel bernuansa religi yang ramai di tanah air, dari sinilah keinginan menulis kisah cinta yang nyata datang.
Pembukaan
Sebenarnya sudah lama kisah ini ingin saya tuliskan, tapi karena rasa malas berlarut akhirnya baru sekarang niat itu muncul kembali, berawal dari beberapa kali membaca catatan seputar dunia cinta (katanya) Islami dari para ikhwan dan akhwat yang kebenaran sumbernya masih di ragukan, bahkan dibuat menjadi mellow, mengawang ke sana kemari (membosankan), atau mungkin di ambil dari novel bernuansa religi yang ramai di tanah air, dari sinilah keinginan menulis kisah cinta yang nyata datang.
Kisah ini
diambil dari rangkaian perjalanan sahabat saya yang mempunyai nama
lengkap ‘Ibad Rahman’ (bukan nama sebenarnya) biasa disapa dengan Ibad, berasal
dari Bekasi, Jawa Barat. Kita sama-sama menuntut ilmu di Mesir, dan tinggal di
dalam satu Asrama Pelajar Azhar yang sama dekat kampus tercinta, hanya
saja dia lebih dahulu daripada saya 1 tahun, saya ambil jurusan Ushuluddin,
sedangkan Ibad lebih memilih syari’ah Islamiyah.
Hmm….Kalau
boleh jujur, kisah sepele ini sebenarnya lebih bermakna ketimbang cerita
seorang pelajar bernama azzam serta kesungguhannya dalam mencari cinta yang
halal dan kebenaran yang diabadikan via novel yang sangat fenomenal di tanah
air ‘’Ketika Cinta Bertasbih’’ atau cerita dari Fakhri dalam novel
‘’Ayat-Ayat Cinta’’ yang puluhan kali dicetak ulang lalu difilmkan dan ditonton
oleh 3,5 juta orang serta berhasil terjual lebih dari 400.000 exp.
(ceritanya pun terlalu jauh dari kenyataan di tengah sahara kehidupan).
Sederhana,
mudah bergaul, cerdas, pekerja keras dengan postur tubuhnya yang tidak
terlalu besar, dan pemberani, bukan juga tipe yang konfrontatif, oportunis
apalagi glamour, melainkan pelajar dengan tipe realistis serta
Professional yang berorientasi pada studi saja selama di Mesir, juga
sempat mengenyam pendidikan di Universitas Teknologi Bandung, walau tidak lama,
pandai dalam disiplin ilmu fisika, kimia dan sejenisnya, dialah Ibad seorang
sahabat yang selalu teringat dalam benak saya sampai saat ini.
Jauh sebelum
kuliah ke Mesir, sebenarnya dia ini tidak cakap berbahasa Arab bahkan tidak ada
background pesantren., sebut sajalah orang awam dalam masalah
agama, akan tetapi cinta dengan kebenaran, singkat cerita….tentunya kita pernah
mendengar konflik yang terjadi di Ambon tahun 2000 pasca lengsernya rezim orde
baru di tangan pemimpin partai berkuasa saat itu yang kendaraan
politiknya semakin menggelitik dan sampai sekarang masih eksis.
Entah apa
alasannya…akhirnya dia memutuskan untuk ikut berjihad ke Ambon dan meninggalkan
kuliahnya di ITB, saya pun sempat terbakar semangatnya ketika menyaksikan video
tentang Ambon apalagi saat itu masih mesantren, tapi sayangnya semangat ini
tidak sebanding lurus dengan keimanan yang masih cinta akan dunia.
Benarlah Al
Qur’an menceritakan perihal orang-orang yang beriman, yaitu Allah lah yang
langsung membimbing mereka, terbingkai indah dalam surat Yunus ayat 9 juz 11 :
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi
petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya [1]…………….
Bukan hanya
berupa bimbingan sebagai balasan bagi orang yang beriman dan bertaqwa,
tapi juga Allah lah yang senantiasa menjadi sang murabbi atau
guru terbaik baginya, sesuai dengan surat Al Baqarah ayat 282 juz 3 :
…………Dan bertakwalah
kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Lain halnya
dengan orang yang kufur dan tidak percaya akan tanda-tanda kebesarannya, Allah
tidak akan membimbing mereka bahkan baginya adzab yang teramat pedih sebagai balasan.
Sesungguhnya
orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah (Al Quran), Allah tidak
akan memberi petunjuk kepada mereka dan bagi mereka azab yang pedih. (QS ; An Nahl ayat 104 juz 14)
Mungkin dari
sinilah Allah membimbing sahabat saya untuk pergi berjihad membantu saudara
seiman di tanah para syuhada Ambon sebagai awal dari datangnya hidayah
kepadanya, subhanallah,…. keberaniannya membuat saya kagum sama halnya
kekaguman saya kepada Rasulullah, seorang yang sederhana tapi sangat pemberani.
Anas bin Malik
menuturkan, ‘’Rasulullah adalah pribadi yang paling bagus akhlaqnya paling
dermawan dan paling pemberani. Suatu malam, para penduduk Madinah dikejutkan
oleh datangnya suara aneh. Beberapa orang langsung menuju suara tersebut,
ternyata mereka mendapati Rasulullah sudah pulang. Ternyata beliau sudah
mendahului mereka menemui suara itu. Dengan masih mengendarai kudanya,
beliau berkata, ‘’ mengapa kalian takut ? mengapa kalian takut ? itu hanya
suara air laut. Yah, hanya suara air laut saja.’’ Beliau memang seorang
kesatria pemberani. [2]
Akhirnya Ibad
kembali ke Bandung setelah beberapa pekan di Ambon dengan membawa
jutaan pelajaran berharga, dimana dia menyaksikan langsung kejadian demi
kejadian memilukan, beberapa kerabatnya mendapatkan syahid di tanah
Ambon. (Mudah-mudahan Allah menerima pahala syahid mereka…Ya Robbana)
‘’Dan
janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah,
(bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup [3], tetapi kamu tidak menyadarinya’’.(QS :
Al Baqarah ayat 154 juz 2).
Skenario
Awal Dari Sang Sutradara Kehidupan
Takdirlah yang
mempertemukan mereka (Ibad dan gadis lugu) untuk pertama kali, ketika sama-sama
belajar di ITB, saat itu Ibad mengikuti orientasi mahasiswa baru jenjang S1,
sedangkan gadis itu pada jenjang di atasnya yaitu S2, tidak banyak cerita yang
saya dapat dari kisah pertemuan mereka, karena memang frekuensi pertemuan
mereka berdua pun tidaklah banyak, sempat bertemu di tempat photocopy kampus,
selirik dua lirik mereka pun saling mengenal wajah tanpa banyak komunikasi
alias jarang.
Sekembalinya
Ibad dari Ambon seperti yang saya ceritakan pada paragraf sebelumnya, akhirnya
dengan tekad bulat dia memutuskan untuk meninggalkan ITB, padahal kala
itu kesempatan belajar ke Eropa pun ada dihadapannya, mengingat kecerdasan yang
dimiliki dan kuatnya jaringan kampus, dia memilih untuk lebih memperdalam agama
ketimbang menjadi ahli fisika dan ilmu-ilmu umum lainnya yang
terlihat lebih menjanjikan di mata manusia daripada menjadi akademisi
muslim yang sangat kurang diminati masyarakat sampai-sampai getarannya
dirasakan juga oleh keluarga saya atau mungkin keluarga Anda.
Sebagai bukti
kongkret ada sedikit cerita, awalnya keluarga tidak mendukung langkah
saya pergi ke Mesir, bahkan orangtua lebih merekomendasikan saya untuk
mendaftar di salah satu kampus terkenal di Sumatra Barat dan tidak perlu
jauh-jauh pergi ke negeri piramida, hanya dengan sedikit kemampuan yang saya
miliki untuk melobi dan rayuan khas umumnya seorang anak kepada orangtua,
akhirnya saya pun bisa mendominasi jalur pikiran mereka.
Sikap dari
orangtua pun bisa saya maklum karena bedanya pola pikir kami dalam menilai
Islam sebuah Esensi dan faktor psikologi juga mempunyai pengaruh
kuat, karena lamanya mesantren yang jauh dari rumah di Depok dan hendak kembali
terpisah setelah Aliyah dengan keluarga untuk jangka waktu yang lama
walau perpisahan ini hanya tuk sementara (Studi Normatif). ‘’Sambil
mendoakan semoga Allah membesarkan hati mereka dan orang-orang tercinta yang
saya tinggalkan selama bertahun-tahun.’’
Awal Segala
Sesuatunya untuk
Ibad….
Ibad pun
mengikuti studi bahasa Arab di salah satu lembaga pendidikan di
Bandung yaitu Ma’had Al-Imarat yang banyak di warnai pula oleh lulusan dari
Timur tengah juga Lipia Jakarta. Singkat cerita…..dengan modal
kecintaan pada agama, juga negaranya, serta bekal ilmu yang didapat
dari Al-Imarat walau hanya beberapa bulan, Ibad memberanikan diri untuk
mengikuti seleksi pelajar berbeasiswa ke Timur tengah yaitu Mesir yang
difasilitasi oleh Kementerian Agama RI. Alhasil… keajaiban serta rahmat
Allah pun datang padanya, dia masuk nominasi dan berhasil lulus dalam tahap
penyeleksian dengan menggeser banyak saingan dari berbagai pondok modern
terkenal yang berbasiskan dua bahasa asing (Inggris dan Arab).
………’’Sesungguhnya
rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik’’. (QS : Al
A’raaf ayat 56 juz 8)
Dan
bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang
yang berbuat kebaikan.. (QS :
Huud ayat 115 juz 12).
………’’ Sesungguhnya
barang siapa yang bertaqwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik” (QS : Yusuf ayat
90 juz 13).
……………….Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS : An Nahl ayat 128 juz 14).
Sesungguhnya
mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan
pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.(QS : Al Kahfi ayat 30 juz 15).
Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan
Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS : Al ‘Ankabuut ayat 69 juz 21).
Hai orang-orang
mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu.
(QS : Muhammad ayat7 juz 26)
Terlampau
banyak ayat yang memuji orang-orang baik dalam Qur’an sebagaimana banyak
juga ayat yang menyentil orang-orang yang kurang baik atau tidak baik
sama sekali, paling tidak….beberapa ayat di atas bisa memberikan secuil
gambaran dan menambah cakrawala baru seputar dunia Islam dan literaturnya.
Kejadian
sahabat saya ini mengingatkan kita akan bukti dan janji Allah terhadap
orang-orang yang tulus hatinya dalam mencintai Allah serta menjaga dan
memperjuangkan agamanya dengan jiwa raga serta hartanya dengan memberinya Ilmu
dan Hikmah atau menjadikannya pribadi dewasa yang tidak sembarang orang bisa
mendapatkannya, sebagaimana Allah memberikannya kepada nabi Yusuf.
Dan tatkala dia
cukup dewasa [4] Kami
berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik. ( QS : Yusuf ayat 22 juz 12).
Juga ada kisah
yang sangat menyentuh kita perihal ketaatan dari dua nabi Allah
(Ibrahim dan Ismail) sebagai balasan bagi hamba-hambanya yang berbuat
baik, lengkapnya di surat Ash Shaaffaat ayat 83-111 juz 23. tuk
lebih jelasnya bisa dikaji secara perlahan sambil membuka tafsiran para ulama
terkemuka di rumah masing-masing.
Kesan Pertama
Seorang Gadis
Waktu pun
bergulir seiring dengan semangat Ibad untuk lebih memperdalam agama ke negeri
kinanah, konon katanya kiblat ilmu (agama) adalah Mesir, tahun 2003
sebelum keberangkatannya, tanpa disangka-sangka setelah terakhir kali pertemuan
mereka di tempat photocopy kampus dan sekian lama terpisah oleh diam, ruang,
jarak, dan dinding waktu mereka dipertemukan kembali oleh Allah di bandara
Soekarno-Hatta, percakapan singkat pun terjadi antara dua insan yang sama-sama
sibuk dengan urusannya, ‘’ kamu mau ke mana, Tanya gadis lugu tersebut, ke
Mesir jawabnya singkat’’.
Jawaban dari
Ibad ternyata memberi kesan mendalam bagi sang gadis, dia membayangkan ketika
mendengar kata Mesir itu ‘identik’ dengan para pelajar Islam yang
bersungguh-sungguh mencari kebenaran, berharap mempunyai pendamping yang bisa
membimbingnya dalam masalah agama, pendek kata komunikasi pun berlanjut dengan
lebih memanfaatkan kekinian, akhirnya mereka berdua pun saling bertukar alamat
email.
Begitu
mendalamnya kesan gadis lugu kepada Ibad, sampai-sampai dengan semangatnya
gadis tersebut menjaga komunikasi via mail, sebenarnya Ibad lebih memilih
fokus dalam belajar, akan tetapi hari demi hari, hingga sampailah dia pada
tahun ke-2 di Mesir, gadis tersebut memintanya untuk menjadi
pendamping….Wawww..benar-benar dahsyat sahabatku yang satu ini, ternyata bukan
hanya Rasulullah yang di taksir berat oleh wanita kaya (Khadijah) karena ketulusan
hatinya, manusia seperti kamu juga bisa (sambil menggelengkan kepala).
Ibad tidak
lantas mengiyakan keinginan gadis lugu tersebut. Hanya saja mengatakan
kepadanya,, ‘’ oh y….jika kamu benar-benar serius, alangkah baiknya kamu
datang ke rumahku di Bekasi, kalau orang tuaku setuju…is okey. Jawab ibad,
konteksnya begitu, adapun tuk redaksi aslinya bisa di kembangkan di alam
pikiran para pembaca sekalian., hehe
Rupanya gadis
tersebut memang naksir berat, saking beratnya, hilanglah rasa gengsi sebagai
seorang perempuan yang datang ke rumah laki-laki untuk sekedar meminta
restu orangtua si laki-laki, padahal kalau kita perhatikan di zaman
sekarang, jika ada lelaki yang berkata seperti Ibad, jawaban dari para gadis, ‘’emangnya
cowo cuma kamu aja, yeehhhhhh’’ hehe….
Begitu kaget
keluarganya di Bekasi ketika kedatangan tamu seorang gadis berparas cantik,,
tampak dari wajahnya ketulusan dan kebaikan, bermaksud untuk melamar anaknya
yang sedang menuntut ilmu di Mesir. Tahukah Anda …… apa yang di katakan
orangtua Ibad kepadanya ketika ada seorang wanita datang tuk melamar, kurang
lebih begini,’’ kamu ini gimana seh…ada wanita cantik begini ko tidak
di iyakan. Begitulah kurang lebih, hehe
Indah Pada
Waktunya…
Akhirnya di
tahun 2005 pulanglah sosok yang di idamkan oleh sang gadis ke tanah air
dan menikahlah dua insan yang sebenarnya sama-sama jatuh cinta, hanya
saja kecintaan Ibad kepadanya sedikit tergeser dan tersembunyikan dengan
semangatnya dalam mencari ilmu, untung saja gadis tersebut cerdas dan pandai
membaca keadaan.
Gadis tersebut
ialah lulusan ITB yang saat ini menjadi seorang dosen di salah satu kampus
ternama di Jakarta yaitu Universitas Trisakti, Anda bisa bayangkan berapa
nominal materi yang di dapat jika Anda bekerja di sana, belum lagi dia aktif
dalam mengisi seminar nasional dan internasional, 7 juta pun itu adalah nominal
terendah, bahkan bisa belasan juta atau lebih, ditambah lagi dia berasal dari
keluarga yang mampu dan tinggal di bilangan kawasan elit Jakarta, berbeda
dengan Ibad yang hanya berasal dari keluarga sederhana di Bekasi.
Sebelumnya
gadis yang usianya di atas kepala 3 disaat menikahi Ibad yang baru berumur
sekitar 25 tahun, terpaut perbedaan antara keduanya lumayan jauh sekitar
10 tahun, beberapa kali menolak lamaran dari lelaki mapan lagi gagah, padahal
kalau mau dibandingkan dengan Ibad, tentunya masih jauh, dia masih pelajar,
masa depannya pun belum jelas, hanya bermodalkan ilmu agama dan kecintaan yang
tulus kepada Tuhannya.
Kembali lah Ibad ke Mesir untuk menyelesaikan
study karena masih ada 4 semester untuk mendapatkan gelar Lc, tapi Ibad
tidak merasa sedih berlebih apalagi khawatir, karena sisa 2 tahun di
Mesir ternyata di jamin oleh pihak istri, jadinya setiap semester Ibad
pulang ke tanah air untuk berbulan madu, Anda tahu….hanya orang-orang elit
serta para diplomatlah yang bisa pulang pergi ke tanah air, dan yang ketiga
adalah Ibad, hehe…
Dari cerita
unik sampai yang mengharukan pun kami dapat dari Ibad, bercengkerama santai
menjadi topik pembicaraan di asrama bersama teman-teman seperjuangan, mulai
dari Ibad yang menjadi seperti direktur, karena ke mana-mana selalu istrinya
yang menyetir mobil, termasuk berbulan madu ke puncak, maklum.., karena
Ibad tidak bisa menyetir mobil ketika itu, sedangkan mobil bagi istrinya adalah
kendaraan pribadi yang senantiasa menghiasi hari-harinya di kampus.
Di mata kami
Ibad adalah sosok lelaki yang penuh dengan tanggung jawab, perbedaan
kondisi sosial antar dia dan istrinya menjadi bahan pertimbangan yang cukup
berarti, bagaimanapun dia adalah kepala rumah tangga yang wajib menafkahi
istrinya, walau kala itu dia belum berpenghasilan tetap dengan gaji yang tidak
sebanding dengan istrinya, dia pun tinggal sementara di rumah yang
menurutnya terlalu mewah bersama keluarga istrinya sambil membimbing masalah
agama dan mengkaji Islam secara utuh bersama keluarga barunya.
Pernah suatu
ketika Ibad pun pergi berjualan perangkat kebutuhan ibadah di sekitar
masjid tidak jauh dari rumah barunya di PMI (Pondok Mertua Indah),
sampai akhirnya terlihat oleh istrinya, dibawanya dia masuk ke dalam
mobil bermaksud mengajaknya segera pulang dengan linangan air
mata dari seorang istri yang begitu menyayanginya, tak habis pikir melihat
suami berjualan seperti itu.
Entah kenapa
menangis, Ibad pun sedikit heran dan berusaha menjelaskan
bahwasanya dia ingin mencari pekerjaan yang halal walau hanya sebatas jualan
kecek-kecek. Subhanallah…..
Lama sudah saya
dan Ibad tidak saling menyapa, lebih dari 4 tahun, pertemuan terakhir kami di
tahun 2007 sebelum dia pulang ke tanah air dengan membawa ilmu dan ijazah Azhar
tentunya.
Wahai
Ibad Rahman Sahabatku…..
Walaupun
ruang, jarak, waktu menjadi dinding pemisah di antara kita, segumpal darah
bernama hati dengan izin Allah takkan pernah menjadi penghalang untuk kita
tetap dalam Ukhuwah Islamiyah. Semoga kenangan manis kan terukir
nantinya.
Kebenaran Janji
Allah
Kisah Ibad di
atas sebenarnya sebuah Studi Normatif abad modern, karena Allah sendirilah yang
menjamin orang-orang baik lagi beriman dengan kehidupan yang layak di dunia dan
akhirat.
I. An Nahl ayat
97 juz 14 :
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.’’
Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki atau
perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus
disertai iman. Paling tidak ada dua point penting yang bisa kita ambil dalam
ayat di atas, di antaranya :
- Ganjaran di dunia : Berupa kehidupan yang layak
- Ganjaran di akhirat : Kompensasi dari Allah berupa pahala berlipat
II. An Nuur ayat 55 juz 18
:
“Dan Allah telah berjanji
kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang
saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh
Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan
Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan
menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan
sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji)
itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”
Beberapa janji Allah sangat jelas, di antaranya :
- Menjadi Pemegang kepentingan. (Stakeholders)
- Dikuatkan agamanya (Strong in faith)
- Kenyamanan hidup (Comfortable in life)
Untuk
mendapatkan tiga point di atas ternyata tidak terlalu sulit, hanya butuh usaha
lebih, Bahkan Allah ta’ala hanya memberikan satu syarat saja setelah iman dan
amal soleh yaitu.: Menyembah Allah ta’ala tanpa menyekutukannya dengan
hal apapun.
Catatan
tambahan sebagai penutup
Menuju kebahagiaan tentunya membutuhkan proses,
apalagi dalam membina rumah tangga ideal atau yang biasa disebut keluarga SAMA
RATA (Sakinah, Mawaddah, Penuh Rahmat dan tentunya takut sama Allah)
Pastikan kalau
keduanya harus saling mencintai karena Allah sebagaimana cintanya Rasulullah
dan Khadijah, Ali dan Fatimah, juga ada contoh terkini Ibad dan Istrinya, Bj.
Habibie dan Hasri Ainun Besari, juga orang tua kita pun bisa sebagai contoh
nyata (Insya Allah). Menikah bukanlah atas dasar paksaan, dipaksa, atau
karena ‘iba’ terhadap salah satu pihak, karena yang demikian tentunya bisa
berujung pada penyesalan kelak.
Bagaimanapun
para lelaki berhak untuk memilih belahan jiwanya sebagaimana para wanita juga
berhak untuk menolak lamaran para lelaki yang dirasa kurang ‘’klik’’ dengannya,
jika pun ingin menolak tolaklah dengan sekuat tenaga dan sepenuh hati,
biarkanlah hati nurani dan akal sehat kita yang memilih dan jika pun menerima
jangan lupa bersyukur sambil mengucap “Alhamdulillah yach’’ s.e.s.u.a.t.u
….hehe
Kalau sudah
tercipta keluarga SAMA RATA, maka dengan mudah kita bisa berjalan di atas garis
pasir pantai yang sama demi menuju negeri impian idaman setiap insan
yaitu Surga ‘Adn, bersama keluarga besar kita. Ya Robbana…..
(yaitu)
syurga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang
saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang
malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; [23]
(sambil mengucapkan): “Salamun ‘alaikum bima shabartum” [5]. Maka
alangkah baiknya tempat kesudahan itu.[24]. QS : Ar Ra’d ayat 23-24
juz 13.
Catatan ringan
di atas memberikan setitik wacana kepada kita untuk memetik sebuah
analisa menarik bahwa’’ Tiada yang membuat wanita solehah meneteskan
air mata bahagia melainkan melihat pujaan hatinya (suami) takut kepada
Allah’’. Wallahu a’lam….
Saya cukupkan cerita singkat ini dengan
sama-sama bermunajat “Mudah-mudahan kita semua bisa menjadi pribadi yang
tidak hanya soleh/solehah saja yang bersifat personal tapi juga menjadi
pribadi muslih / muslihah yang kolektif. Ya Robbana…..”
Sekarang…
pertanyaan dari saya adalah:
- Tahukah Anda siapa Ibad Rahman?
- Lalu seperti apa kepribadian detailnya?
- Apa kelebihannya dibanding hamba Allah yang lain?
- dan bisakah kita menjadi sosok seperti yang saya tanyakan?
‘’Jawabannya
ada di Surat Al Furqaan ayat 61-77 juz 19’’ (jangan lupa yah… baca teks
Arabnya juga, selamat mengkaji, insya Allah khair).
—
Catatan
Kaki:
[1]. Maksudnya:
diberi petunjuk oleh Allah untuk mengerjakan amal-amal yang menyampaikan surga.
[2].
Diriwayatkan oleh Muslim dalam shahih-nya IV : 1802.
[3]. Yaitu
hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat
kenikmatan kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah sajalah yang mengetahui
bagaimana keadaan hidup itu.
[4]. Nabi Yusuf mencapai umur antara 30 – 40 tahun.
[5]. Artinya:
keselamatan atasmu berkat kesabaranmu
Sumber: ini certia saya dengar dari teman saya di Mesir kebetulan dia mengambil s2 di Maroko, saya menganggapnya menarik jadi saya posting di blog saya.
dan kebetulan
serumah di maroko ya uda saya minta izin untuk dipublis. Email Pemilik Blog:
afikrihaditomandar@yahoo.com
Foto Pemikik Blog dan Penulis Kisah ini saat di Maroko Afrika:
By Sukmahadi : Mahasiswa Univ, Sidi Mohammed Ben Abdellah Maroko Afrikata Utara.
0 komentar :
Posting Komentar