Jodohku di Jalan Dakwah. (1)


Hai sobat... mau cerita lagi ni
Pagi ini begitu cerah melihat Negeri Mesir yang penuh dengan Ilmu dan wisata alamnya, sungai Nil mungkin ini akan sangat kurindukan jika aku sudah balik ke Tanah Air, Indonesia I love you full, aku akan merindukan kampus al-azhar yang penuh dengan guru besar nancerdas, dan para mahasiswa asing lainnya, suasanannya akan berubah saat mengembarakan diri di lingkungan masyarakat. Ucapku dalam lamunan.

Dia adalah Mizyan, seorang mahasiswa yang sangat mandiri, berjuang membiayai dirinya sendiri dan selalu  menyemangati dirinya agar tetap maju mengukir masa depan yang cemerlang, walau tergolong miskin dibandingkan dengan yang lain tapi ia tetap ceria, semangat dalam menggapai cita-cita. Sekarang dia sudah memasuki tahun ke empat, sebentar lagi ia akan meraih gelar sarjana dari Univ. Al-azhar cairo. Seiring berjalannya waktu iapun berhasil meraih mimpinya yaitu sarjana walau penuh dengan kemandirian tanpa ada bantuan dari kedua orang tua dan keluarganya ia hanya mengharapkan tangan dermawan dan beasiswa di Mesir.

Senang, bahagia, sedih saat ini telah ia rasakan dengan perjuangan yang penuh keringat, dan kegigihan akhirnya mimpinya tercapai. “Aku senang dan sedih juga akhi, makanya aku menangis “ ucap mizyan kepada salah satu kawannya sebut saja akmal. “Akhi mizyan sekarang jangan menangis lagi kawan, ini baru awal dari mimpi kita mari terus bermimpi agar masa depan kita cerah’’ ujar akmal sambil menasehati kawannya.

Akmal seaharusnya bahagia atas apa yang telah ia capai, namun dibalik kebahagiaan itu ia dihantui rasa sedih sebab ia berpikir bagaimana ia bisa sampai ke tanah air sedangkan beasiswa telah terputus bahkan untuk hidup di Mesir saat ini harus berpikir agar bisa bertahan hidup. Malam yang sunyi tanpa suara mizyan selalu berpikir sembari berdoa “Ya Allah berikanlah petunjuk-Mu apa yang harus kulakukan, bantulah hamba-Mu ini aku serahkan semuanya kepadamu”, doa ini selalu dilantunkan saat qiyamullail (tahjjud).

Esok paginya ia  bertemu dengan akmal sahabat karibnya dan meminta saran darinya “Akhi mizyan aku punya solusi mudah-mudahan kamu bisa menerimannya, bagaimana kalau kamu mondok di darul qura’an itung-itung kamu bisa mengkhatamkan qur’an insya Allah”. Ujar Akmal. Mizyan tak berpikir panjang ia  setuju dengan saran akmal akhirnya ia memantapkan niat untuk mondok di Daru Hasaniyah Litafizhil Qura’an. Selama 5 bulan ia habiskan waktu di sana sambil berpikir dan berdoa memohon pentunjuk dan rezeki yang banyak dari sang maha kuasa agar ia bisa menginjakkan kaki di Bumi pertiwi.

Akhirnya angin kegemberiaan itu telah tercium, tak sengaja ia untuk membuka jejaring sosial Facebook mizyan melihat pengumuman tenaga musim (TEMUS) haji, dengan ucapan Bismillahirrohmanirohim ia daftarkan diri walau banyak saingan tapi ia optimis pada Allah bahwa rezeki tak akan ke mana. “Trin trin…… trin…… suara handphone berbunyi, akmal menelpon Mizyan:
Akmal “Assalamu Alaikum Mizyan’. Walaikum salam…jawab Mizyan. Allahu akbar,, Allahu Akbar, mabruk akhi antum lulus tuk   jadi Tenaga Temus. Air mata bahagia mizyan mentes membasahi pipi sebagai tanda bahagia. 

Mizyan: “Allahu Akbar, Allahu Akbar, akhirnya doaku diijabah Oleh Allah SWT.
Ia pun melengkapi semua persyaratan yang diperlukan agar bisa berangkat menuju baitullah. Akhirnya ia berangkat dengan berat hati dan isah tangis ia meninggalkan teman-teman karibnya sewaktu di cairo, terutama akmal yang selama ini membantu dan memberinya solusi dalam setiap masalah yang ia hadapi. Sesampainya di saudi ia fokus bekerja selama 3 bulan menjadi pelayan Jamaah haji asal Indonesia. 

Hari demi hari dia lalui dengan ikhlas, sabar, menekuni pekerjaannya sebagai panitia haji di arab saudi. Namun disela sela kesibukannya ada seorang ibu sebut saja ibu Aisyah, salah satu jamaah haji asal Indonesia , Mizyan pun berkenalan dengan ibu tersebut. Sejak pertemuan itulah ia mendapat angin-angin jodoh, komunikasipun berlanjut hingga indonesia.

Seiring berjalannya waktu ahirnya ibu ini sangat serius dengan omongannya untuk menjodohkan Putrinya dengan mizyan, ia tertarik pada mizyan karena basic agamanya bagus serta hafal al quran, itulah mengapa sang ibu tak ragu tuk menjodohkan putrinya dengannya.
Mizyan tinggal di Jakarta dan Ibu tersebut tinggal di Padang, sebagai wujud keseriusan ibu Aisyah ia mengundang Mizyan tuk datang bertamu ke rumahnya segala yang dibutuhkan semuanya atas tanggugan Ibu Aisyah. 

 Selama menginap di rumah ibu aisyah ia selalu memimpin jamaah dalam melaksanakan sholat 5 
waktu. setelah suasana sudah sangat cair dan sesekali ia melirik putrinya "Cantik, sopan, memakai jilbab syari, lembut lagi". bisik mizyan dalam hati. Sebelum mizyan kembali ke jakarta ia sempat ditanya ibu aisyah "ustadz dari organisasi mana"....? mizyan menjawab, saya netral bu nggak fanatik pada oraganisai manapun, saya beribadah sesuai sunah rosul.

Ahirnya mizyanpun balik ke jakarta komunikasi terus berlanjut begitu pula dengan putrinya namun karena sesuatu hal Mizyan tak ingin mengkhitbah putri Ibu Aisyah.
kerna dia beranggapan bahwa " nikah itu harus atas nama cinta ". Ya cinta atas dasar itulah hingga ia tak jadi menjalin mahabbah dengan sang putri, “Cinta yang akan memndorongmu, membuatmu  menyayanggi seorang wanita dengan tulus “ ucap mizyan dalam hati. 

NB: kalau nyari calon cari dulu info ortunya jangan sampai kita berbeda organisasi bisa repot ntar.... e he he...

Padahal kita semua muslim yang berasaskan 2 kalmat syahadat so, mungkin bagi orang tua nggak usa terlalu mempermasalahkan dari organisasi mana ia berasal, asalkan organisasi islam itu benar tidak sesat itu sah sah aja. Sekian dulu yach.... semoga bermamfaat.

By Sukmahadi. Mahasiswa Indonesia di Maroko.
Ikuti Episode ke-dua.

Share on Google Plus

About wisatamaroko

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar